Thursday, September 28, 2017

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN



KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
A.      Pendahuluan
Secara umum "kepemimpinan" adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengerahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
"Pendidikan"  yang mengandung arti dalam lapangan apa dan dimana kepemimpinan itu berlangsung, dan sekaligus menjelaskan pula sifat atau ciri-ciri yang harus dimiliki oleh kepemimpinan itu.
Kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
B.       Konsep Dasar
1.    Fungsi Pemimpin Pendidikan
Fungsi utama pemimpin pendidikan adalah kelompok untuk belajar memutuskan dan bekerja, antara lain:
a.         Membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama, dengan penuh rasa kebebasan
b.        Membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam memberikan rangsangan  dan bantuan kepada kelompok  dalam menetapkan dan menjelaskan tujuan.
c.         Membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu membantu kelompok dalam menganalisis situasi untuk kemudian menetapkan prosedur mana yang paling praktis dan efektif.
d.        Bertanggung jawab dalam mengambil keputusan dalam kelompok.
e.         Bertanggungjawab dalam mengembangkan dan mempertahankan eksistensi organisasi
2.    Tipe-tipe Kepemimpinan Pendidikan
a.         Tipe otoriter (authoritarian)
Pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya.
b.        Tipe “Laissez-faire”
Pemimpin membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya dan sama sekali tidak memberikan kontrol maupun koreksi terhadap pekerjaan bawahannya. Tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok, bukan pengaruh dari pemimpin.
c.         Tipe demokratis
Berarti pemimpin yang berada di tengah-tengah anggota kelompoknya. Dia selalu berusaha menstimulasi anggota-anggotanya agar bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan bersama.
d.        Tipe “Pseudo-demokratis”
Hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal sebenarnya dia bersikap otokratis. Misalnya ia mempunyai ide-ide, konsep-konsep yang akan diterapkan di organisasi/lembaga yang dipimpinnya, maka hal tersebut akan didiskusikan dengan bawahannya tetapi situasi diciptakan sedemikian rupa sehingga pada akhirnya bawahan didesak agar menerima ide/konsep pikiran tersebut sebagai keputusan bersama.
3.    Syarat-syarat Pemimpin Pendidikan
a.         Rendah hati dan sederhana
b.        Bersifat suka menolong
c.         Sabar dan memiliki kestabilan emosi
d.        Percaya kepada diri sendiri
e.         Jujur, adil, dan dapat dipercaya
f.         Keahlian dalam jabatan
4.    Keterampilan yang harus dimiliki Pemimpin
a.         Keterampilan dalam memimpin
b.        Keterampilan dalam hubungan insani
c.         Keterampilan dalam proses kelompok
d.        Keterampilan dalam administrasi personil
e.         Keterampilan dalam menilai
5.    Pendekatan tentang Teori Munculnya Peminpin
Munculnya pemimpin dikemukakan dalam beberapa teori yaitu:
Teori pertama, seseorang  akan menjadi pemimpin karena emang dia dilahirkan untuk menjadi pemimpin, dengan kata lain ia mempunyai bakat dan pembawaan untuk menjadi pemimpin (teori genetis).
Teori kedua, seseorang akan menjadi pemimpin jika lingkungan, waktu, atau keadaan memungkinkan ia menjadi pemimpin (teori sosial).
Teori ketiga, untuk menjadi seorang pemimpin diperlukan bakat dan bakat tersebut perlu dibina agar berkembang. Kemungkinan untuk mengembangkan bakat tersebut tergantung lingkungan, waktu, keadaan (teori ekologis).
Teori keempat, setiap orang bisa menjadi pemimpin, tetapi dalam situasi tertentu saja, karena ia memiliki kelebihan-kelebihan yang diperlukan dalam situasi tersebut (teori situasi).
6.   

Pendekatan dalam Mempelajari Kepemimpinan Pendidikan

3 ketrampilan/skills yang harus dikuasai oleh seorang pemimpin menurut Kazt antara lain:
a.    Human Relation Skill
Kemampuan berhubungan dengan bawahan. Bekerjasama menciptakan iklim kerja yang menyenangkan dan kooperatif. Terjalin hubungan baik sehingga bawahan merasa aman dalam melaksanakan tugasnya.
b.    Technical Skill
Kemampuan menerapkan ilmunya ke dalam pelaksanaan (operasional).  Makin tinggi tingkatan manager, secara relatif technical skill  makin kurang urgensinya
c.    Conceptual Skill
Kemampuan di dalam melihat sesuatu secara keseluruhan yang kemudian dapat merumuskannya, seperti dalam mengambil keputusan,menentukan kebijakan, dan lain-lain. Seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tidak melaksanakan sendiri tindakan-tindakan yang bersifat operasional namun lebih banyak merumuskan konsep-konsep.

C.      Siapakah yang disebut Pemimpin Pendidikan
Pemimpin pendidikan adalah setiap orang memiliki kelebihan dalam kemampuan dan pribadinya, dan dengan kelebihannya itu dapat mempengaruhi, mengajak, membimbing, mendorong, menggerakkan dan mengkoordinasikan staf pendidikan lainnya ke arah peningkatan atau perbaikan mutu pendidikan dan pengajaran.
Pemimpin pendidikan dapat berstatus pemimpin resmi (status leader/ formal leader/ functional leader) dan pemimpin tidak resmi. Kepemimpinan resmi dimiliki oleh mereka yang menduduki posisi dan struktur organisasi pendidikan, baik secara resmi oleh pihak atasan atau yang berwenang maupun karena dipilih secara resmi menjadi pemimpin oleh anggota staf pelaksana pendidikan dimana ia bekerja.
Kepemimpinan tidak resmi bisa dimiliki oleh mereka yang mempengaruhi, memberi teladan, dan mendorong ke arah perbaikan kualitas kerja petugas-petugas penyelenggara pendidikan dan pengajaran, meskipun di dalam hierarki struktur organisasi pendidikan mungkin ia tidak menduduki posisi pemimpin.
Seorang kepala sekolah atau kepala dinas pendidikan sebagai ‘status leader” atau “formal leader”, lebih disegani, ditaati petunjuk-petunjuk dan perintah-perintahnya oleh murid-muridnya atau anggota stafnya, mungkin semata-mata karena kedudukannya sebagai pemimpin, karena kekuasaan resmi yang ia miliki sebagai pemimpin resmi.
Sebagai pemimpin pendidikan, Kepala Sekolah bertanggung jawab atas pertumbuhan guru-guru secara berkesinambungan, ia harus mampu membantu guru-guru dalam mengenal kebutuhan masyarakat, membina kurikulum sesuai minat, kebutuhan dan kemampuan peserta didik, dan lain sebagainya. Untuk melaksanakan tanggungjawab tersebut, Kepala Sekolah harus memiliki pendidikan dan pengalaman yang diperlukan bagi seorang pemimpin pendidikan.

D.      Model-model Kepemimpinan dalam Pendidikan
1.        Kepemimpinan visioner (Visionary leadership)
Yaitu kepemimpinan yang kerja pokoknya difokuskan pada rekayasa masa depan yang penuh tantangan, menjadi agen perubahan (agent of change) yang unggul dan menjadi penentu arah organisasi yang tahu prioritas, menjadi pelatih yang profesional dan dapat membimbing personil lainnya ke arah profesionalisme kerja yang diharapkan.
Langkah-langkah menjadi Visionary leadership antara lain:
a.        Penciptaan visi
Visi tercipta dari hasil kreatifitas pikir pemimpin sebagai refleksi profesionalisme dan pengalaman pribadi sebagai hasil elaborasi pemikiran mendalam dengan pengikut/personil lain berupa ide-ide ideal tentang cita-cita organisasi di masa depan yang ingin diwujudkan bersama.
b.        Perumusan visi
Visi perlu dirumuskan dalam statement yang jelas dan tegas serta perumusannya harus melibatkan stakeholders dengan fase kegiatan sebagai berikut:
1)        Pembentukan dan perumusan visi oleh anggota tim kepemimpinan
2)        Merumuskan strategi secara konsensus
3)        Membulatkan sikap dan tekad sebagai total commitment untuk mewujudkan visi ini menjadi suatu kenyataan.
c.         Transformasi visi
Kemampuan membangun kepercayaan melalui komunikasi yang intensif dan efektif sebagai upaya shared vision pada stakeholders, sehingga diperoleh sense of belonging and sense of ownership.
d.        Implementasi visi
Yaitu kemampuan pemimpin untuk menjabarkan dan menterjemahkan visi ke dalam tindakan. Visi berperan dalam menentukan masa depan organisasi apabila diimplementasikan secara komprehensif. Kepemimpinan yang bervisi bekerja dalam empat pilar sebagaimana dikatakan Nanus (2001), yaitu:
1)        Penentu arah
2)        Agen perubahan
3)        Juru bicara
4)        Pelatih dan komunikator

2.        Kepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasional dibangun dari dua kata yaitu kepemimpinan (leadership) dan transformasional  (transformational) . kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk mengkoordinasikan, mengarahkan, dan mempengaruhi orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapakan. Istilah transformasi berasal dari kata to transform  yang berarti mentransformasikan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda, misalnya mentransformasikan visi menjadi realita, atau mengubah sesuatu yang potensial menjadi aktual.
Seorang pemimpin transformasional adalah seorang pemimpin yang memiliki keahlian diagnosis, dan selalu meluangkan waktu dan mencurahkan perhatian dalam upaya untuk memecahkan masalah dari berbagai aspek.
Seorang kepala sekolah dapat dikatakan menerapkan kepemimpinan transformasional apabila dia mampu mengubah energi sumber-sumber daya baik manusia maupun non manusia untuk mencapai tujuan-tujuan sekolah.

Dimensi-dimensi Kepemimpinan Transformasional
Bass dan Avolio (1994) mengusulkan 4 dimensi dalam kadar kepemimpinan seseorang dengan konsep 4I, artinya:
a.         Idealized influence
Yaitu perilaku yang menghasilkan rasa hormat (respect) dan rasa percaya diri (trust) dari orang-orang yang dipimpinnya.
b.        Inspirational motivation
Yang tercermin dalam perilaku yang senantiasa menyediakan tantangan dan makna atas pekerjaan orang-orang yang dipimpin.
c.         Intellectual simulation
Pemimpin yang mendemonstrasikan tipe kepemimpinan senantiasa menggali ide-ide baru dan solusi yang kreatif dari orang-orang yang dipimpinnya.
d.        Individualized consideration
Yang direfleksikan pemimpin yang selalu mendengarkan dengan penuh perhatian dan memberikan perhatian khusus kepada kebutuhan prestasi dan kebutuhan dari orang-orang yang dipimpinnya.

Implementasi Kepemimpinan Transformasional dalam Pendidikan
Model kepemimpinan ini memang perlu diterapkan sebagai salah satu solusi krisis kepemimpinan terutama dalam bidang pendidikan. Olga Epitropika (2001:1) mengemukakan enam hal mengapa kepemimpinan transformasional penting bagi suatu organisasi yaitu:
a.         Secara signifikan meningkatkan kinerja organisasi
b.        Secara positif dihubungkan dengan orientasi pemasaran jangka panjang dan kepuasan pelanggan
c.         Membangkitkan komitmen yang lebih tinggi para anggotanya terhadap organisasi
d.        Meningkatkan kepercayaan pekerja dalam manajemen dan perilaku keseharian organisasi
e.         Meningkatkan kepuasan pekerja melalui pekerjaan dan pemimpin
f.         Mengurangi stress para pekerja dan meningkatkan kesejahteraan

Implementasi model kepemimpinan transformasional dalam pendidikan perlu memperhatikan hal-hal berikut:
a.         Mengacu pada nilai-nilai agama yang ada dari organisasi/instansi atau bahkan suatu negara
b.        Disesuaikan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sistem organisasi/instansi tersebut
c.         Menggali budaya yang ada dalam organisasi tersebut
d.        Karena sistem pendidikan merupakan suatu sub sistem maka harus memperhatikan sistem yang lebih besar yang ada di atasnya seperti sistem negara
Sumber:
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI. (2014). Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

MANAJEMEN KELAS


 
MANAJEMEN KELAS
 A.      Definisi Manajemen Kelas
Manajemen kelas merupakan segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan yang mereka miliki. 

B.       Kegiatan Manajemen Kelas
1.        Pengaturan orang (siswa)
Merupakan bagaimana mengatur dan menempatkan siswa dalam kelas sesuai dengan potensi intelektual dan perkembangan emosionalnya. Siswa diberi kesempatan untuk memperoleh posisi dalam belajar yang sesuai minat dan keinginannya.

2.        Pengaturan fasilitas
Merupakan kegiatan yang harus dilakukan siswa, sehingga seluruh siswa daoat terfasilitasi dalam aktivitasnya di dalam kelas. Pengaturan fisik kelas diarahkan untuk  meningkatkan efektivitas belajar siswa sehingga siswa merasa senang, aman, dan nyaman serta dapat belajar dengan baik.(Kegiatan dalam Pengelolaan Kelas)Secara rinci kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam manajemen kelas sebagai aspek-aspek yang tertuang dalam petunjuk pengelolaan kelas antara lain:1.        Mengecek kehadiran siswa
2.        Mengumpulkan hasil pekerjaan siswa
3.        Pendistribusian bahan dan alat
4.        Mengumpulkan informasi dari siswa
5.        Mencatat data
6.        Pemeliharaan arsip
7.        Menyampaikan materi pelajaran
8.        Memberikan tugas/PR
 C.      Tujuan Manajemen Kelas
Tujuan manajemen kelas menurut Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen (1996) diantaranya:v  Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar.
v  Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran.
v  Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung.
v  Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang ekonomi, sosial, budaya, dan sifat-sifat individualnya.
 D.      Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Kelas
1.        Kondisi fisik
a.    Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
b.    Pengaturan tempat duduk
c.    Pengaturan ventilasi dan cahaya
d.   Pengaturan penyimpanan barang-barang
2.        Kondisi Sosio-Emosional
a.    Tipe kepemimpinan
Peranan guru dan tipe kepemimpinannya akan mewarnai suasana emosional di kelas.

b.   Sikap guru
Sikap guru menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap sabar dan tetap bersahabat dengan keyakinan bahwa tingkah laku siswa akan dapat diperbaiki.

c.    Suara guru
Suara hendaknya relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh dan kedengarannya rileks cenderung akan mendorong siswa untuk memperhatikan pelajaran, dan tekanan suara  hendaknya bervariasi agar tidak membosankan siswa.

d.   Pembinaan hubungan baik (raport)
Dengan terciptanya hubungan baik guru-siswa, diharapkan siswa senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat, bersikap optimistik, realistik dan kegiatan belajar yang dilakukannya serta terbuka terhadap hal-hal yang ada pada dirinya

.3.        Kondisi Organisasional
Dengan kegiatan rutin yang diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua siswa secara terbuka maka akan menyebabkan tertanamnya pada diri siswa kebiasaan yang baik dan mereka akan terbiasa bertingkah laku secara teratur dan penuh disiplin. Kegiatan rutinitas tersebut antara lain:a.    Pergantian pelajaran
b.    Guru berhalangan hadir
c.    Masalah antar siswa
d.   Upacara bendera
e.    Kegiatan bersih-bersih lingkungan sekolah
f.     Dsb.
 E.       Aspek, Fungsi dan Masalah dalam Manajemen Kelas
1.        Aspek dalam Manajemen Kelas
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas (Maman Rachman: 1999) yang baik meliputi:a.    Sifat kelas
b.    Pendorong kekuatan kelas
c.    Situasi kelas
d.   Tindakan efektif dan kreatif
2.        Fungsi Manajemen Kelas
a.    Merencanakan
Yaitu membuat suatu target-target yang akan dicapai di masa depan. Dalam organisasi merencanakan adalah suatu proses memikirkan dan menetapkan secara matang arah, tujuan, dan tindakan sekaligus mengkaji berbagai sumber daya dan metode/teknik yang tepat.

b.   Mengorganisasikan
Mengorganisasikan berarti:1.    Menentukan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi
2.    Merancang dan mengelompokkan kelompok kerja yang berisi orang-orang yang mampu membawa organisasi pada tujuan
3.    Menugaskan seseorang atau kelompok orang dalam suatu tanggung jawab tugas dan fungsi tertentu
4.    Mendelegasikan wewenang kepada individu yang berhubungan dengan keleluwasaan melaksanakan tugas.
c.    Memimpin
Pemimpin harus memiliki kepribadian yang bisa menjadi suri tauladan bagi anggota-anggotanya. Ia harus memiliki sifat kepemimpinan yang senantiasa menjadi pengarah yang didengar ide dan pendapatnya oleh anggota-anggotanya dalam mengemban amanat sebagai pemimpin.

d.   Mengendalikan
Pengendalian merupakan proses untuk memastikan bahwa aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan. Proses ini dapat melibatkan beberapa hal diantaranya:a.    Menetapkan standar kinerja
b.    Mengukur kinerja
c.    Membandingkan unjuk kerja dengan standar yang telah ditetapkan
d.   Mengambil tindakan korektif saat terdeteksi penyimpangan
3.        Masalah dalam Manajemen Kelas
a.    Sifat Masalah
1.    Perenial (Masalah terikat)
Ketika manusia berinteraksi dengan sebuah kelompok terikat maka dengan segala perbedaan yang dimiliki dan keinginannya akan memungkinkan timbulnya gesekan dan konflik. Hal ini karena memang demikian sifatnya.

2.    Nurturant effect (Dampak Pengiring)
Dalam sebuah kegiatan muncul masalah dan masalah tersebut tidak dicarikan penyelesaiannya, maka akan memicu dampak lain sebagai pengikut dari masalah tersebut yang mungkin akan besar tergantung dari bobot permasalahan tersebut.

3.    Substanstif
Permasalahan dapat dipilah dan dilihat dari pokok/isu yang muncul, artinya permasalahan itu memiliki kekhasan dengan substansi dari problematik dalam interaksi yang terjadi . dalam hal apa permasalahan itu muncul, itulah yang akan memberikan  gambaran untuk guru dalam mencari solusinya. Pemahaman terhadap substansi akan mempermudah dalam penyelesaiannya.

4.    Kontekstual
Proses interaksi orang terjadi dalam suatu setting situasi tertentu dengan corak yang beragam. Situasi amat mempengaruhi besar kecilnya masalah dan keterkaitannya dengan masalah lainnya.

b.   Jenis Masalah yang Muncul di Kelas
1.    Masalah individu
Merupakan permasalahan yang melekat pada perseorangan  baik karena aktivitasnya sebelum di kelas atau permasalahan yang muncul pada saat proses pembelajaran berlangsung.

2.    Masalah kelompok
Merupakan masalah yang muncul karena kolektivitas siswa yang tidak terorganisir sehingga memunculkan kecemburuan atau ketidaksetujuan yang tidak dikemukakan yang pada akhirnya akan menurunkan semangat belajar individu.

c.    Sumber Masalah
1.    Lingkungan rumah
2.    Lingkungan masyarakat
3.    Lingkungan sekolah
d.   Pendekatan dalam Melihat Permasalahan di Kelas
1.    CultureGuru harus memahami budaya bawaan yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Memahami budaya bawaan artinya guru akan mudah dalam menghadapi berbagai masalah yang melekat dan muncul pada siswa

2.    CommitmentMerupakan sebuah bentuk integrasi secara total seseorang terhadap sesuatu atau pekerjaan tertentu dengan melibatkan keseluruhan aspek diri.
3.    CommunicationKomunikasi memungkinkan guru dapat mengetahui dan memahami masalah sebenarnya yang dihadapi oleh anak, apakah permasalahan di kelas atau permasalahan yang muncul karena sumber yang dibawa dari rumah atau lingkungan anak itu bergaul.
e.    Usaha Pencegahan Masalah dalam Pengelolaan Kelas
1.    Usaha yang bersifat pencegahan (Preventif)
Tindakan pencegahan adalah tindakan yang dilakukan sebelum munculnya tingkah laku menyimpang yang mengganggu kondisi optimal berlangsungnya pembelajaran. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan guru sebagai upaya pencegahan diantaranya:a.    Peningkatan kesadaran diri sebagai guru
b.    Peningkatan kesadaran peserta didik
c.    Sikap polos dan tulus dari guru
d.   Mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan
e.    Menciptakan kontrak sosial
2.    Usaha yang bersifat penyembuhan (kuratif)a.    Mengidentifikasi masalah
b.    Menganalisis masalah
c.    Menilai alternatif-alternatif pemecahan
d.   Mendapat balikan
                                         

Sumber:Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI. (2014). Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

RINGKASAN MATERI AKUNTANSI

A.       PENGERTIAN AKUNTANSI 1.        Menurut AICPA (Accounting Institute of Certified Public Accountant) : Akuntansi adalah seni penc...