Persediaan Barang Dagang
1. PERSEDIAAN
Adalah
barang yang dimiliki untuk dijual kembali atau diproses kemudian dijual.
Persediaan merupakan aktiva produktif yang dimliki oleh suatu perusahaan karena
memiliki keterkaitan langsung dengan pendapatan perusahaan.
2. SISTEM PENCATAAN
a.
Sistem
Phisik/periodik
Pencatatan persediaan hanya dilakukan
pada akhir periode akuntansi (pada saat akan menyusun laporan keuangan.
Penilaian persediaan dilakukan dengan perhitungan secara fisik. Sedangkan pada
waktu terjadi pembelian atau penjualan tidak dicatat dalam rekening persediaan, tetapi dicatat dalam
rekening pembelian dan rekening penjualan.
b.
Sistem
Permanen/Perpetual/Terus-menerus
Pencatatan persediaan dilakukan secara
kontinue/terus menerus yaitu setiap terjadi transaksi yang mempengaruhi
persediaan dicatat pula di dalam rekening persediaan.
3. TRANSAKSI-TRANSAKSI DALAM PERSEDIAAN
Transaksi-transaksi sbb :
2 Jan 2010 CV Agung membeli barang
dagang sebanyak 100 unit @Rp5.000,- Syarat pembayaran 2/10,n/30
4 Jan 2010 Dijual barang dagang
sebanyak 75 unit kepada Toko Mekar @Rp6.000,- syarat 2/10,n/30
5 Jan 2010 barang dikembalikan
sebanyak 20 unit oleh CV Agung karena cacat.
6 Jan 2010 barang diterima kembali
oleh CV Agung sebanyak 5 unit karena kualitas tidak cocok.
12 Jan 2010 dilunasi seluruh utang.
14 Jan 2010 diterima seluruh piutang
yang ada.
Buatlah jurnal dengan metode phisik
dan perpetual!
Jawab :
Tgl
|
Transaksi
|
PHISIK
|
PERPETUAL
|
|
2010
|
2
|
Pembelian kredit
|
Pembelian Rp500.000
|
Persediaan barang dagang
Rp500.000
|
Jan
|
Utang dagang Rp500.000
|
Utang dagang Rp500.000
|
||
|
4
|
Penjualan kredit (Toko Mawar)
|
Piutang dagang Rp450.000
|
Piutang dagang Rp450.000
|
|
Penjualan Rp450.000
|
Penjualan Rp450.000
|
||
|
|
HPP Rp375.000
|
||
|
|
Persediaan barang dagang Rp375.000
|
||
|
5
|
Retur pembelian
|
Utang dagang Rp50.000
|
Utang dagang Rp50.000
|
|
Retur pembelian Rp50.000
|
Persediaan barang dagang Rp50.000
|
||
|
6
|
Retur penjualan (Toko Mawar)
|
Retur penjualan Rp30.000
|
Retur penjualan Rp30.000
|
|
Piutang dagang Rp30.000
|
Piutang dagang Rp30.000
|
||
|
|
Persediaan barang dagang Rp25.000
|
||
|
|
HPP
Rp25.000
|
||
|
12
|
Pelunasan utang
|
Utang dagang Rp450.000
|
Utang dagang Rp450.000
|
|
Kas Rp441.000
|
Kas Rp441.000
|
||
|
Potongan pembelian Rp 9.000
|
Persediaan barang dagang Rp 9.000
|
||
|
14
|
Pelunasan piutang (Toko Mawar)
|
Kas Rp411.600
|
Kas Rp411.600
|
|
Potongan penjualan Rp8.400
|
Persediaan barang dagang Rp8.400
|
||
|
Piutang dagang Rp420.000
|
Piutang dagang Rp420.000
|
v Transaksi dalam kartu persediaan yang
ada unsur PPN
Pada dasarnya
setiap barang dagangan adalah barang kena pajak (BKP). Oleh sebab itu, jika
penjual termasuk pengusaha kena pakal (PKP), setiap penyerahan/penjualan BKP
wajib memungut PPN dari pembeli sebesar 10% dari harga barang. Demikian juga
jika yang diserahkan termasuk barang mewah penjual wajib membayar PPnBM sesuai
dengan tarif yang berlaku.
Adapun perlakuan
PPN tersebut bagi penjual adalah sebagai kewajiban yang dicatat dengan
mengkredit akun PPN Keluaran (VAT Out), sedangkan PPnBM dicatat dengan
mengkredit akun Utang PPN (VAT Payable) dan PPnBM bagi pembeli, PPN disebut PPN
Masukan (VAT In) dengan perlakuan sebagai berikut :
1.
Jika pembeli belum termasuk PKP, maka nilai
PPN tersebut ditambahkan dengan harga beli barang.
2.
Jika pembeli termasuk PKP, maka nilai PPN
dicatat dengan mendebit akun PPN masukan dan mengkredit akun PPN keluaran yang
dipungut ketika menyerahkan/menjual BKP.
3.
Apabila terjadi retur penjualan, maka
selain mendebit akun retur penjualan, penjual juga akan mendebit PPN
Keluaran sebesar 10% dari harga barang yang dikembalikan.
Demikian sebaliknya, jika pembeli
merupakan PKP, maka disamping mengkredit akun retur pembelian (metode
fisik) atau akun persediaan (metode perpetual), juga akan mengkredit akun
PPN Masukan sebesar 10% dari harga barang yang dikembalikan.
|
Soal :
Transaksi-transaksi
yang terjadi di UD.Lancar adalah sbb:
a)
Dibeli secara kredit barang X di Toko Aneka
sebanyak 500 unit , dengan HPP Rp 30.000.000,- + PPN 10% dan syarat 2/10,n/30.
b)
Dikembalikan 15 unit barang X pada Toko
Aneka karena rusak, HPP Rp 900.000,- + PPN 10%.
c)
Dijual 100 unit barang X secara kredit
kepada Tn. Budi seharga Rp 10.000.000,- dengan syarat 3/10,n/30, HPP per unit
Rp 60.000,-
d)
Dibayar biaya angkut pembelian Rp 400.000,-
dan dipotong PPh Pasal 23 sebesar 2%.
e)
Dibayar utang kepada Toko Aneka setelah
dikurangi retur dan potongan 2%.
f)
Tn.Budi mengembalikan 5 unit barang X ke
perusahaan seharga Rp 500.000,-
Diminta :
Buatlah jurnal secara fisik dan perpetual !
Jawab :
Perhitungan :
e) Pembelian + PPN 10% = Rp 33.000.000
Retur pembelian + PPN 10% =(Rp 990.000)
Utang yang tersisa =
Rp 32.010.000
ð Potongan
pembelian = 2% x Rp 32.010.000
ð = Rp 640.200
(100%+10%)
Terdiri
dari :
ð Potongan
pembelian =
x
Rp 640.200= Rp 582.000
ð PPN
Masukan =
x
Rp 640.200= Rp 58.200
4. PERSEDIAAN
a.
Barang
dalam perusahaan
b.
Barang
dalam perjalanan
1.
FOB Shipping Point
Dalam perjanjian ini, hak kepemilikan
barang berpindah dari penjual ke pembeli pada saat barang keluar dari gudang
penjual atau telah sampai pada perusahaan jasa pengiriman. Jadi, barang
yang ada dalam perjalanan merupakan milik pembeli. Sehingga pembeli harus
memasukkan barang tersebut dalam perhitungan fisik persediaan.Sedangkan bagi
penjual, barang dalam perjalanan tersebut tidak dimasukkan sebagai bagian dari
persediaan mereka.
2.
FOB Destination Point
Dalam perjanjian ini, perpindahan hak
kepemilikan barang dari penjual ke pembeli terjadi pada saat barang sampai
di gudang pembeli. Jadi barang dalam perjalanan merupakan milik penjual,
sehingga penjual harus memasukkan barang
tersebut dalam perhitungan fisik perusahaan. Sebaliknya, bagi pembeli, barang
dalam perjalanan tersebut tidak boleh diakui sebagai persediaan mereka.
5. SISTEM PENILAIAN PERSEDIAAN
a.
Metode
Fisik
1. Tanda Pengenal Khusus
Persediaan
dagang dinilai dengan :
v Barang yang tanda pengenalnya
disebutkan
v Jumlah unit dikalikan dengan harga
sesuai dengan tanda pengenalnya.
2. Metode Rata-rata
Terdiri
dari :
a.
Rata-rata
sederhana
Harga per unit =
b.
Rata-rata
tertimbang
Harga per unit =
3. FIFO/MPKP
Apabila
memakai metode ini, barang ang pertama kali masuk dianggap barang yang pertama
kali dikeluarkan (dijual). Sehingga nilai persediaan akhir dihitung dari
pembelian yang paling akhir.
4. LIFO/MTKP
Apabila
memakai metode iini, barang yang terakhir kali masuk dianggappertama kali yang
dikeluarkan(dijual).Sehingga nilai persediaan akhir dihitung dari barang yang
masuk di gudang paling awal.
5. Basic Stock/Persediaan dasar
Apabila memakai metode ini, perusahaan
menentukan Basic Stock/persediaan dasar yang sudah ditetapkan harganya. Dalam
hal ini ada kemungkinan :
a.
Persediaan dasar < Persediaan yang
sebenarnya, Cara menghitung :
· Unit
Basic Stock x Rp XX =Rp
XX
· Kekurangannya,
Unit x Harga pasar =Rp XX +
Nilai
Persediaan akhir Rp XX
*Harga
Pasar = Harga Pembelian Terakhir
b.
Persediaan dasar > Persediaan yang
sebenarnya, cara mengitung :
· Unit
Basic Stock x Rp XX =Rp
XX
· Kelebihannya,
Unit x Harga pasar =Rp XX -
Nilai Persediaan akhir Rp XX
6. Metode Taksiran
Penilaian persediaan akhir dengan
metode taksiran perusahaan, alasannya jika :
a.
Data perusahaan mengenai persediaan tidak
ada
b.
Banjir atau kebakaran
c.
Mengetahui persediaan secara berkala
Bisa dilakukan dengan 2 cara :
a.
Metode harga eceran
Langkah-langkahnya :
1. mengetahui
harga eceran atau harga jual
2. barang
siap dijual (baik menurut harga perolehan maupun harga eceran)
3. menghitung
persediaan akhir menurut harga eceran, rumusnya :
Barang siap
dijual menurut Harga Eceran – Total Penjualan
|
4. Mencari
Rasio, rumusnya :
b.
Metode laba bruto
1. Ada
data 2 neraca, tahun lalu dan tahun ini
2. mengetahui
prosentase laba bruto tahun lalu dengan rumus :
3. menghitung
laba bruto tahun ini berdasarkan prosentase laba bruto tahun lalu
4. menghitung
nilai persediaan akhir dengan rumus :
Barang siap dijual Rp XX
Penjualan
bersih Rp XX
Laba
bruto (Rp XX)
HPP (Rp
XX)
Persediaan
akhir Rp XX
7. Metode Nilai Pengganti
Apabila menggunakan metode ini, maka
persediaan belum tentu dihitung berdasarkan harga perolehan atau harga pasar.
Akan tetapi, diambil diantara 2 harga itu harga yang termurah/terendah.
Perhitungan bisa dilakukan dengan 3
cara :
a.
Individual
b.
Kelompok
c.
Total
Dari
3 cara itu bisa kita bandingkan antara harga perolehan dan harga terendah
sehingga akan mucul jurnal penyesuaian apabila :
v Harga
perolehan < Harga terendah
Harga
Perolehan – Harga Terendah
|
Rugi penurunan nilai persediaan barang Rp XX
Cadangan
penurunan nilai persediaan barang Rp
XX
v Apabila
harga perolehan
Nilai terendah, maka tidak akan muncul AJE.
* Apabila
ada kerugian :
* Dianggap
kecil
* Phisik
:
Persediaan barang dagang
Ikhtisar
Laba Rugi
* Perpetual
HPP
Persediaan
* Dianggap
besar
* Phisik
:
Rugi penurunan nilai persediaan
Perpetual :
Rugi penurunan nilai persediaan
Contoh Soal :
A. Daftar
Persediaan barang dagang UD.Jaya pada bulan Februari 2010 sbb :
1 Febuari 2010 Persediaan
15 unit @ Rp 2.000
3 Februari 2010 Pembelian
20 unit @ Rp 2.050
10 Februari 2010 Pembelian
30 unit @ Rp 2.100
14 Februari 2010 Pembelian
20 unit @ Rp 2.150
18 Februari 2010 Pembelian
25 unit @ Rp 2.200
24 Februari 2010 Pembelian
10 unit @ Rp 2.250
26 Februari 2010 Pembelian
25 unit @ Rp 2.300
27 Februari 2010 Pembelian
10 unit @ Rp 2.350
28 Februari 2010 di gudang
masih ada barang 55 unit
Diminta :
Hitunglah nilai persediaan akhir barang
dagang apabila dinilai dengan metode :
a.
Tanda pengenal khusus dengan rincian sbb :
40%
adalah barang pembelian pada tanggal 10 Februari 2010
30%
adalah barang yang dibeli pada tangal 14 Februari 2010
30%
adalah barang yang dibeli pada tanggal 26 Februari 2010
b.
Metode rata-rata (baik rata-rata sederhana
maupun rata-rata tertimbang
c.
FIFO/MPKP
d.
LIFO/MTKP
e.
Basic Stock, apabila :
1. Persediaan
dasar ditetapkan sebesar 50 unit @ Rp2.150
2. Persediaan
dasar ditetapkan sebesar 65 unit @ Rp2.150
Jawab :
a.
Tanda pengenal khusus
Nilai persediaan akhir barang dagang :
10
Februari 2010 = (40% x 55 unit) x Rp 2.100 = 22 x Rp 2.100 = Rp 46.200
14
Februari 2010 = (30% x 55 unit) x Rp 2.150 = 16,5 x Rp 2.150 = Rp 35.475
26 Februari 2010 = (30% x
55 unit) x Rp 2.300 = 16,5 x Rp 2.300 = Rp 37.950 = 55 unit =Rp 119.625
b.
Metode Rata-rata
1.
Rata-rata
sederhana =
=
=
= Rp 2.175
Nilai Persediaan akhir
= 55 unit x Rp 2.175 = Rp 119.625
2.
Rata-rata
tertimbang =
ð
ð
ð
ðRp2.165
Nilai Persediaan akhir
= 55 unit x Rp2.165 = Rp 119.075
c.
Metode FIFO
Pembelian 27 Feb 2010 = 10 unit x Rp
2.350 = Rp 23.500
Pembelian 26 Feb 2010 = 25 unit x Rp
2.300 = Rp 57.500
Pembelian 24 Feb 2010 = 10 unit x Rp
2.250 = Rp 22.500
Pembelian 18 Feb 2010 = 10 unit
x Rp 2.200 = Rp 22.000
= 55 unit = Rp 125.500
d.
Metode LIFO
Persediaan 1 Feb 2010 = 15 unit x Rp 2.000 = Rp 30.000
Pembelian 3 Feb 2010 = 20 unit x Rp 2.050 = Rp 41.000
Pembelian 10 Feb 2010 = 20 unit
x Rp 2.100 = Rp 42.000
= 55 unit =
Rp113.000
e.
Basic Stock
1. Persediaan
dasar ditetapkan sebesar 50 unit @ Rp2.150
Persediaan dasar < Persediaan
sebenarnya
50 unit x Rp 2.150 = Rp 107.500
5 unit x Rp 2.350 = Rp
11.750
Nilai Persediaan akhir = Rp 119.250
2. Persediaan
dasar ditetapkan sebesar 65 unit @ Rp2.150
Persediaan dasar > Persediaan
sebenarnya
65 unit x Rp 2.150 = Rp
139.750
10 unit x Rp 2.350 = (Rp 23.500)
Nilai Persediaan akhir = Rp 116.250
B.
Keterangan
|
Menurut
Harga Perolehan
|
Menurut
Harga Eceran
|
Persediaan
awal
|
Rp 5.000.000
|
Rp 6.200.000
|
Pembelian
|
Rp 21.000.000
|
Rp 22.500.000
|
Retur
pembelian
|
Rp 1.000.000
|
Rp 1.200.000
|
Total
Penjualan
|
|
Rp 15.000.000
|
Ditanya :
1) Barang
siap dijual baik menurut Harga Eceran maupun Harga Perolehan
2) Hitunglah
nilai persediaan akhir berdasarkan Harga Eceran
3) Hitunglah
rasio barang yang dijual menurut harga perolehan terhadap harga eceran
4) Hitunglah
nilai persediaan akhir berdasarkan harga perolehan
Jawab :
1)
Harga Eceran
Persediaan awal Rp 6.200.000
Pembelian Rp22.500.000
Retur pembelian (Rp 1.200.000)
Pembelian bersih Rp21.300.000
Barang siap dijual Rp27.500.000
Harga Perolehan
Persediaan awal Rp 5.000.000
Pembelian Rp21.000.000
Retur pembelian (Rp 1.000.000)
Pembelian bersih Rp20.000.000
Barang siap dijual Rp25.000.000
2) Nilai
persediaan akhir menurut Harga Eceran
Barang siap dijual menurut Harga
Eceran Rp 27.500.000
Penjualan (Rp 15.000.000)
Persediaan akhir menurut Harga Eceran Rp
12.500.000
3) Rasio
barang siap dijual menurut harga perolehan terhadap harga eceran
Rasio =
=
=
90,9 %
4) Nilai
Persediaan akhir menurur Harga Perolehan
90,9 % x Rp 12.500.000 = Rp 11.362.500
C. Toko
MURAH menghitung nilai persediaan dengan metode “Harga Eceran”. Dari kegiatan
selama tahun 1994, diperoleh data antara lain sbb :
- Persediaan
awal periode Rp
8.250.000
- Total
pembelian tahun 1994 Rp
45.750.000
- Total
penjualan (netto) tahun 1994 Rp
69.000.000
Jika harga penjualan/eceran dari seluruh barang ditaksir Rp
81.000.000, maka tentukan:
a.
Barang siap dijual menurut harga perolehan
maupun harga eceran
b.
Nilai persediaan akhir menurut harga
eceran
c.
Rasio barang siap dijual menurut harga
perolehan terhadap harga ecean
d.
Nilai persediaan akhir menurut harga
perolehan
Jawab :
a.
Barang siap dijual menurut harga
perolehan maupun harga eceran
Persediaan
awal Rp 8.250.000
Pembelian Rp
45.750.000
Barang
siap dijual (menurut Harga Perolehan) Rp 54.000.000
Barang
siap dijual (menurut Harga Eceran) Rp 81.000.000
b.
Nilai persediaan akhir menurut harga
eceran
Barang siap dijual (menurut Harga Eceran) Rp 81.000.000
Penjualan (Rp
69.000.000)
Sisa barang (persediaan akhir) Rp 12.000.000
c.
Rasio barang siap dijual menurut harga
perolehan terhadap harga ecean
Rasio =
û
=
=66,67
%
d.
Nilai persediaan akhir menurut harga
perolehan
ð66,67%
û Rp 12.000.000 = Rp 8.000.400
D.
Keterangan
|
Tahun 2012
|
Tahun 2013
|
Persediaan awal
|
Rp 2.000.000
|
Rp 2.500.000
|
Pembelian
|
Rp 18.500.000
|
Rp 20.500.000
|
Retur Pembelian
|
Rp 400.000
|
Rp 900.000
|
Potongan Pembelian
|
Rp 100.000
|
Rp 100.000
|
Penjualan
|
Rp 22.000.000
|
Rp 26.000.000
|
Retur penjualan
|
Rp 200.000
|
Rp 200.000
|
Diminta :
1) Hitunglah
% laba bruto tahun 2012
2) Hitunglah
laba bruto tahun 2013
3) Hitunglah
persediaan akhir tahum 2013
Jawab
:
1) %
laba bruto tahun 2012
Penjualan Rp
22.000.000
Retur penjualan (Rp 200.000)
Penjualan
bersih Rp
21.800.000
Persediaan awal Rp 2.000.000
Pembelian Rp
18.500.000
Retur pembelian Rp 400.000
Potongan pembelian Rp 100.000
(Rp
500.000)
Pembelian
bersih Rp
18.000.000
Barang siap dijual Rp 20.000.000
Persediaan akhir (Rp 2.500.000)
HPP (Rp
17.500.000)
Laba bruto
Rp 4.300.000
%Laba bruto =
=
= 19,7%
2) Laba
bruto tahun 2013
Persediaan awal Rp 2.500.000
Pembelian Rp
20.500.000
Retur pembelian Rp 900.000
Potongan pembelian Rp 100.000
(Rp
1.000.000)
Pembelian
bersih Rp
19.500.000
Barang siap dijual Rp 22.000.000
Penjualan Rp 26.000.000
Retur penjualan
(Rp 200.000)
Penjualan bersih Rp 25.800.000
Laba bruto
=19,7% x Rp 25.800.000 = (Rp
5.082.600)
HPP (Rp
20.717.400)
Persediaan akhir Rp 1.282.600
E. Tabel
Penilaian Persediaan barang
No
|
Jenis
barang/nama barang
|
Unit
|
Harga/unit
|
|
Harga Perolehan
|
Harga Pasar
|
|||
1
|
Pakaian wanita
|
|
|
|
|
Kualitas A
|
25
|
Rp
200.000
|
Rp
230.000
|
|
Kualitas B
|
20
|
Rp
180.000
|
Rp
160.000
|
|
Kualitas C
|
30
|
Rp
150.000
|
Rp
135.000
|
2
|
Pakaian pria
|
|
|
|
|
Kualitas A
|
20
|
Rp
300.000
|
Rp
310.000
|
|
Kualitas B
|
10
|
Rp
250.000
|
Rp
230.000
|
|
Kualitas C
|
15
|
Rp
200.000
|
Rp
210.000
|
3
|
Pakaian anak-anak
|
|
|
|
|
Kualitas A
|
40
|
Rp
60.000
|
Rp
50.000
|
|
Kualitas B
|
25
|
Rp
40.000
|
Rp
45.000
|
|
Kualitas C
|
20
|
Rp
25.000
|
Rp
20.000
|
1) Dari
soal tersebut diatas buatlah tabel penilaian persediaan dengan metode nilai
pengganti secara :
a.
Individual
b.
Kelompok
c.
Total
2) Buatlah
AJE
Jawab
:
1) Tabel
penilaian persediaan barang
2) AJE
a.
Individual
Harga Perolehan > Harga terendah
=Rp28.500.000-Rp26.950.000
=Rp 1.550.000
AJE : Rugi penurunan nilai persediaan Rp 1.550.000
Cad.penurunan
nilai persediaan Rp 1.550.000
b.
Kelompok
Harga Perolehan > Harga terendah
=Rp 28.500.000-Rp28.025.000
=Rp 475.000
AJE : Rugi penurunan nilai persediaan Rp 475.000
Cad.penurunan
nilai persediaan Rp 475.000
c.
Total
Harga Perolehan > Harga terendah
=Rp 28.500.000-Rp 28.175.000
=Rp 325.000
AJE : Rugi penurunan nilai persediaan Rp 325.000
Cad.penurunan
nilai persediaan Rp 325.000
b.
Metode
Perpetual
1.
FIFO/MPKP
(First In First Out/Masuk Pertama Keluar Pertama)
Barang yang pertama masuk (dibeli) akan dikeluarkan (dijual) terlebih dahulu).
2.
LIFO/MTKP
(Last In First Out/Masuk Terakhir Keluar Pertama)
Barang yang terakhir kali masuk(dibeli) maka akan dijual atau dikeluarkan
terlebih dahulu.
3.
Rata-rata
Begerak (Moving Average Method)
Adalah suatu metode dimana setiap ada
pembelian barang (barang masuk) harus dicari harga rata-ratanya dengan cara :
jumlah unit barang sebagai pembagi dari total harga.
Setiap ada transaksi penjualan barang
(pengeluaran barang) maka Harga Pokok Penjualan adalah :
unit
barang yang dijual x Harga rata-rata bergerak
v Dalam metode ini,Penilaian persediaan
barang dihitung dengan cara membuat kartu persediaan.*
v Menghitung laba bruto/laba kotor :
Jumlah unit yang dijual x Harga Jual RpXX
HPP (RpXX)
Laba bruto
RpXX
Contoh Soal :
Daftar persediaan barang dari UD.Lancar
pada bulan Juni 2012 sbb :
1 Juni 2012 Persediaan awal 15 unit @Rp
4.000
5 Juni 2012 Pembelian 25 unit @Rp Rp 4.100
10 Juni 2012 Penjualan 20 unit
15 Juni 2012 Pembelian 35 unit @Rp Rp 4.200
20 Juni 2012 Penjualan 40 unit
25 Juni 2012 Pembelian 30 unit @Rp Rp 4.300
28 Juni 2012 Penjualan 35 unit
30 Juni 2012 Pembelian 20 unit @Rp Rp 4.400
Diminta :
· Buatlah
kartu persediaan dengan metode :
1. FIFO
2. LIFO
3. Moving
Average Method
· Misal
: Harga Jual per unit = Rp 4.350
Hitunglah laba kotor apabila :
Nilai persediaan akhir dinilai dengan
metode 1) FIFO
2)
LIFO
3)Moving
Average Method
Jawab
:
1. FIFO
2. LIFO
3. Moving
Average Method
· Menghitung
laba bruto :
1. FIFO
Penjualan = 95 x Rp 4.350= Rp 413.250
HPP (Rp395.500)
Laba bruto
Rp 17.750
2. LIFO
Penjualan = 95 x Rp 4.350= Rp 413.250
HPP (Rp
398.500)
Laba bruto
Rp 14.750
3. Moving
Average Method
Penjualan = 95 x Rp 4.350= Rp 413.250
HPP (Rp
396.010)
Laba bruto
Rp 17.240
5. LAPORAN PERSEDIAAN